SINDE – Dampak Covid-19 yang menyebar ke seluruh dunia ini telah melahirkan krisis ekonomi. Krisis ini dinilai setara dengan The Great Depression yang melanda dunia tahun 1930-an, atau serangan World Trade Centre AS pada 9 November 2001. Bahkan, Seperti keruntuhan Lehman Brothers yang menandai krisis keuangan dunia tahun 2008.
Hal itu disampaikan Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo) H. Jose Rizal dalam kegiatan penyaluran Bantuan Presiden (Banpres) kerjasama Kemensos dan Asprindo di Gedung GIC Depok, pada Sabtu (4/7/2020).
Dikatakan Rizal, pandemi COVID-19 ini telah menimbulkan dampak disrupsi (gangguan atau kekacauan) dunia. Yaitu, disrupsi kemanusiaan, kesehatan, keamanan dan ibadah keagamaan.
Dampak fatalnya, lanjut Rizal pertumbuhan ekonomi dunia mengalami kekerdilan, seperti yang diperkirakan oleh JP Morgan pertumbuhan ekonomi dunia minus 1.1% serta IMF memproyeksi ekonomi jatuh dan minus 3%.
Rizal juga mengatakan, bahwa ketimpangan global terjadi dimana 20 persen penduduk menikmati 83 persen ekonomi dunia, sedangkan lapisan penduduk termiskin hanya mendapatkan 1 persen.
“Oxfam mencatat bahwa pada tahun 2019, 2.153 orang di dunia yang umumnya ada di negara-negara kaya lebih besar kekayaannya, dibanding 60% penduduk dunia paling miskin yang umumnya di negara miskin. Sementara, di Indonesia sendiri menurut Credit Suisse (2018), 1% orang terkaya menguasai 46,6% kekayaan nasional, dan 10% orang terkaya menguasai 75,3% kekayaan nasional,” jelasnya.
Menurutnya, ketimpangan ini dipastikan akan tetap berlangsung, jika negara tidak melakukan intervensi dan koreksi secara terstruktur atas perekonomian nasional khususnya di Indonesia.
“Tanpa intervensi, pelaku ekonomi di level UMKM, tidak akan pernah naik kelas. Yang kaya akan tetap kaya, dan yang miskin akan tetap miskin. Tentu, kondisi ini lebih diperburuk dengan pandemi Covid-19, dimana pelaku UMKM menjadi pihak yang paling depan dan terdampak,” pungkasnya.
Ia menyebut, beberapa kriris ekonomi yang terjadi di Indonesia, meskipun UMKM menjadi pihak yang paling terdampak.
“Ini mungkin seperti paradoks. Tapi logika ini sederhana. UMKM sangat lentur merespon krisis. UMKM yang rontok selama krisis, akan kembali menggeliat jika diberi stimulus. Dan karena skala ekonomi yang begitu kecil, pengaruhnya terhadap makro ekonomi nasional tidak signifikan, namun berpengaruh di tingkat mikro,” jelasnya.
Kondisi ini tentu sangat berbeda jika usaha besar mengalami gulung tikar dan meninggalkan persoalan pengangguran dengan segala kerumitannya. Nantinya pasca pandemi, lanjutnya, mungkin akan menyaksikan arus de-globalisasi sebagai koreksi terhadap proses globalisasi yang mengandung ketidakadilan dalam hubungan negara-negara maju, terhadap negara-negara berkembang. Serta, antar golongan yang kaya dan miskin di internal negara-negara,” katanya.
Oleh karena itu, lanjut Rizal, ide de-globalisasi merupakan kebutuhan dari setiap negara untuk memperbaiki format pembangunan yang lebih berkeadilan.
“Untuk skala Indonesia, kita membutuhkan re-orientasi perekonomian domestik yang memberi perhatian dan porsi memadai terhadap pengusaha di level UMKM,” tutur dia.
Karenanya, jika pondasi pengusaha UMKM kuat, maka perekonomian nasional tidak akan mengalami guncangan hebat setiap kali terjadi krisis. Mengingat, bahwa UMKM pada dasarnya lebih mengedepankan human investment ketimbang artificial consumption sebagaimana perusahaan-perusahaan multinational company.
“Jadi, diharapkan melalui Kementrian Koperasi & UMKM, agar momentum pandemi Covid-19 ini dapat benar-benar digunakan untuk melakukan re-orientasi kebijakan perekonomian dengan menguatkan pondasi UMKM. Untuk itu, stimulus ekonomi dari Pemerintah menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi,” imbuhnya.
Dia pun menambahkan, bahwa Asprindo siap untuk menjadi mitra strategis Pemerintah dalam melakukan pembinaan, pendampingan dan penguatan UMKM.
Adapun dalam perhelatan kegiatan tersebut, juga dihadiri Wakil Walikota Depok Pradi Supriatna, Ketua Perkumpulan Wartawan Online Independen (PWOIN) Kota Depok
Benny Gerungan bersama anggota dan juga panitia penyelenggara acara Iwan Setiawan.
(dn/po/SINDE)