DEPOK, SINDE – Stunting masih menjadi isu multisektoral yang terus digodok pemerintah pusat maupun daerah. Zero new stunting menjadi target yang harus tercapai di 2024 juga menjadi pecutan untuk menggencarkan penurunan angka stunting yang masih terbilang tinggi.
Untuk menanggulangi tingginya kasus stunting, Anggota DPR RI Dra. Hj. Wenny Haryanto, SH menggelar sosialisasi Program Bersama Mitra Kerja BKKBN Tahun 2022 terkait Program Percepatan Penurunan Stunting di Kawasan Depok, Sabtu (1/10/2022). Kegiatan ini berisi sejumlah rangkaian edukasi dan tanya jawab yang dihadiri para guru PAUD maupun calon ibu.
Anggota legislatif Dapil Jabar VI Dapil Kota Depok dan Kota Bekasi ini mengatakan, problematika multisektoral ini tidak hanya perlu diantisipasi saat momen 1000 hari kehidupan pertama anak, tapi mencakup siklus hidup manusia, mulai dari edukasi remaja putri hingga proses kelahiran bayi yang harus diperhatikan dengan baik. Oleh sebabnya, pemberian asi eksklusif juga menjadi faktor yang diprioritaskan dalam upaya penurunan angka stunting.
“Untuk menunjang stunting bisa turun, diprioritaskan pemberian ASI eksklusif khususnya masyarakat di Kota Depok,” tegas politikus perempuan dari Partai Golkar ini.
Pendongkrakkan angka pemberian asi eksklusif, lanjut dia, dilakukan melalui langkah edukasi dan sosialisasi mulai dari remaja putri atau calon ibu, bagi ibu di masa kehamilan, dan ketika anak telah lahir.
Kata dia, siklus ini merupakan sebuah persiapan agar ibu hamil melahirkan bayi yang sehat. Sehingga permasalahan balita kurus, balita stunting, bahkan balita overweight bisa terhindari. Siklus yang panjang ini, harus ditopang secara pentahelix, sambungnya.
“Kita edukasi bagaimana remaja putri ini harus minum tablet penambah darah satu minggu sekali. Yang kedua, pada masa ibu hamil, mereka harus mendapatkkan pemeriksaan kesehatan. Pada masa kehamilan mereka harus mendapatkan 90 tablet penambah darah selama kehamilannya. Terus pada waktu melahirkan harus di fasilitas pelayanan kesehatan dan juga oleh tenaga kesehatan. Pada waktu bayi, mendapatkan mendapatkan imunisasi, penimbangan, mendapatkan gizi seimbang,” terangnya.
Sementara di Kota Depok sendiri, tambah Wenny, angka stunting hanya 12,3 persen. Hal itu menunjukkan bahwa Kota Depok selangkah lebih maju dari target Indonesia pada Tahun 2024.
“Nah hebatnya Depok itu sudah 12,3 persen, terendah se Jawa Barat. Sekarang sudah diatas target 14 persen, jadi nanti Tahun 2024 lebih keren lagi, bisa saja zero stunting,” ujar Wenny.
Tak hanya itu, dikatakan Wenny stunting dapat mengancam bonus demografi pada Tahun 2045.
“Bonus Demografi Indonesia Emas tahun 2045, adalah kondisi ketika 70% dari penduduk Indonesia dengan rentang usia 15 – 64 tahun dalam kondisi produktif (mampu berkarya dengan maksimal-red). Nah, bonus demografi itu akan gagal atau terancam gagal, apabila stunting tidak dikendalikan, artinya edukasinya kurang,” papar Wenny.
Atas dasar itu, lanjut Wenny, Presiden RI Joko Widodo telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 72 tahun 2021 yang memerintahkan agar BKKBN menekan angka stunting.
“Targetnya pada Tahun 2024 yakni di angka 14 persen. Sedangkan, angka stunting di Indonesia saat ini masih 24,4 persen,” pungkasnya.
(po/SINDE)