Komisi IX DPR – BKKBN RI Kolaborasi Targetkan Zero Persen Angka Stunting

oleh
oleh
Anggota Komisi IX DPR RI Dra. Hj. Wenny Haryanto, SH menargetkan Depok tahun 2024 zero persen stunting.

DEPOK, SINDE – Anggota Komisi IX DPR RI, Dra. Hj. Wenny Haryanto, SH bersama mitra kerja BKKBN menggelar kegiatan Sosialisasi Tentang Kita Dalam Percepatan Penurunan Angka Stunting di kawasan Pancoran Mas, Kota Depok, Sabtu (10/12/2022).

Dalam kesempatan itu, Wenny mengatakan,
tahun 2045 Indonesia akan meraih bonus demografi. Namun, terancam gagal apabila stunting tidak dikendalikan.

“Bonus demografi, ketika 70% dari penduduk Indonesia dengan range usia 15 – 64 tahun dalam kondisi produktif terjadi pada tahun 2045. Tetapi, bonus demografi itu akan gagal yang merupakan ancaman besar, jika stunting tidak dikendalikan. Artinya edukasinya kurang,” kata Wenny.

Sebab itu, Presiden RI Joko Widodo telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 72 tahun 2021 yang memerintahkan BKKBN menekan angka stunting. Isi perpres tersebut memerintahkan BKKBN menjadi ketua pelaksana penurunan Stunting Nasional.

“Tahun 2021 angka stunting nasional diangka 24.4 persen. Nah, targetnya 2024 harus di angka 14 persen. Sulit dicapai jika dilakukan sendirian oleh BKKBN, perlu bantuan instansi dan kita semua. Ujung tombak para ibu dan bapak semua. Maka itu, masyarakat harus bersama-sama membantu menyosialisasikan stunting ,” ujar anggota legislatif Dapil Jabar VI Kota Depok dan Kota Bekasi ini.

Wenny menyebutkan, Kota Depok angka stuntingnya terendah se-Jawa Barat hanya diangka 12,3 persen. Hal itu membuktikan bahwa Kota Depok selangkah lebih maju dari target Indonesia pada Tahun 2024.

“Hebatnya Depok hanya 12,3 persen, terendah se-jabar, sedangkan Bekasi 13,8 persen, dua kota itu merupakan dapil saya. Mudah-mudahan bisa zero persen stunting,” harap Wenny.

Sementara itu, di lokasi yang sama, Direktur Bina Pelayanan KB Wilayah khusus BKKBN RI Fajar Firdawati menambahkan, bahwa 70 persen penyebab terjadinya stunting adalah kondisi sanitasi udara dan air bersih yang tidak baik.

Baca Juga:   Pemkot Depok Bentuk Kampung Siaga Covid-19

“Air bersih untuk minum, agar sehat. Jika tidak menggunakan air bersih dan terus diminum sama ibu dan anaknya pasti akan berdampak sakit.  Begitupun dengan pentingnya ventilasi udara sehat, udara yang buruk menjadi penyebab penyakit TBC, Paru, yang berdampak pada kesehatan,” katanya.

Selain itu, BKKBN dalam menjalankan tugas dari Presiden tidak bisa sendiri. Karenanya, pihaknya mengajak masyarakat agar dapat bekerjasama dalam upaya melakukan langkah pencegahan stunting.

“Pencegahan itu, misalnya ibu hamil harus minum obat penambah darah, ibu hamil harus punya nutrisi yaitu 4 sehat 5 sempurna. Kemudian, ketika bayi lahir harus lakukan imunisasi dasar yang lengkap setiap bulan, lalu berikan ASI ekslusif selama enam bulan, menerapkan perilaku hidup bersih,” jelasnya

Sementara ciri-ciri anak terkena stunting dapat dilihat dari pertumbuhan gigi terlambat, kemampuan fokus berkurang, pertumbuhan tubuh melambat, wajah lebih muda, pubertas terlambat, pada usia 8-10 tahun akan menjadi lebih pendiam, hingga menghindari kontak mata dengan orang sekitar.

“Nah stunting sendiri itu kondisi gagal tumbuh karena kekurangan gizi kronis pada seribu hari pertama kehidupan, dimulai dari kehamilan bakal janin sampai anak usia 2 tahun, yang merupakan periode emas. Nah itu yang harus kita atasi, butuh gizi yang cukup dan pertumbuhan yang optimal,” pungkasnya.

Hadir dalam kegiatan sosialisasi tersebut, Kepala BD KKB Bogor BKKBN Provinsi Jawa Barat Handayani, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Depok, Nessy Annisa Handari, Lurah Ratu Jaya Bambang Sugiharto, Ketua LPM Ratu Jaya Pandu Rista Pratama, Kanit Bimas Polsek Pancoran Mas Depok Ade Maskun, Pekel Golkar Kelurahan Rangkapan Jaya Munadih, Karang Taruna Kelurahan Ratu jaya Galang Prakoso, beserta Ketua RT/RW dan tokoh masyarakat.

(Bambang banguntopo/SINDE)

No More Posts Available.

No more pages to load.