Penguatan Gizi Seimbang Sebagai Upaya Pencegahan Stunting

oleh -169 Dilihat
oleh
Anggota DPR RI Komisi IX Dra. Wenny Haryanto, SH sosialisasi Program Bersama Mitra Kerja BKKBN Tahun 2022 terkait Program Percepatan Penurunan Stunting di Depok, Rabu (12/10/2022).

DEPOK, SINDE – Stunting kini menjadi fokus utama di bidang kesehatan bagi Indonesia. Gerakan cegah stunting sudah banyak dilakukan mulai dari kota hingga pelosok desa, salah satu kota yang menjadi tujuan gerakan tersebut adalah Kota Depok yang berada di Provinsi Jawa Barat.

Sebagian besar warga Kota Depok sudah mengerti apa itu stunting, terbukti angka stunting di kota belimbing itu terendah se-Jawa Barat. Dan mengapa stunting itu dapat terjadi. Sebenarnya apa si stunting itu? Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh kembang anak dan kita bisa menghindari stunting salah satunya dengan cara memenuhi asupan makanan dengan gizi seimbang.

Untuk menekan kasus stunting khususnya di Kota Depok, Anggota DPR RI Dra. Hj. Wenny Haryanto, SH tak pernah lelah melakukan sosialisasi Program Bersama Mitra Kerja BKKBN Tahun 2022 terkait Program Percepatan Penurunan Stunting di Kawasan Depok, Rabu (12/10/2022).

Kegiatan ini berisi sejumlah rangkaian komunikasi, informasi dan edukasi serta tanya jawab yang dihadiri para Ketua RT dan RW, kader posyandu, PKK. Turut hadir sebagai nara sumber, yakni Koordinator Bidang Adpin BKKBN Provinsi Jawa Barat Herman Melani, Kabid Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga DP3AP2KB Rahmat Maulana, dan tokoh masyarakat KH. Muhammad Zaelani.

Dikatakan Wenny, angka stunting di Kota Depok hanya 12,3 persen. Hal itu menunjukkan bahwa Kota Depok selangkah lebih maju dari target Indonesia pada Tahun 2024.

Baca Juga:   Komisi IX DPR RI Bersama BPOM, Gelar Pemberdayaan Masyarakat Tentang Obat dan Makanan

“Nah hebatnya Depok itu sudah 12,3 persen, terendah se-Jawa Barat. Sekarang sudah diatas target 14 persen, jadi nanti Tahun 2024 lebih keren lagi, bisa saja zero stunting,” ujar Wenny.

Tak hanya itu, stunting dapat mengancam bonus demografi pada Tahun 2045.
“Bonus Demografi Indonesia Emas tahun 2045, adalah kondisi ketika 70% dari penduduk Indonesia dengan rentang usia 15 – 64 tahun dalam kondisi produktif (mampu berkarya dengan maksimal-red). Nah, bonus demografi itu akan gagal atau terancam gagal, apabila stunting tidak dikendalikan, artinya edukasinya kurang,” papar Wenny.

Atas dasar itu, lanjut Wenny, Presiden RI Joko Widodo telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 72 tahun 2021 yang memerintahkan agar BKKBN menekan angka stunting.

“Targetnya pada Tahun 2024 yakni di angka 14 persen. Sedangkan, angka stunting di Indonesia saat ini masih 24,4 persen,” pungkasnya.

(po/SINDE)

No More Posts Available.

No more pages to load.