DEPOK, SINDE – Salah satu perwakilan penyandang disabilitas tampak bahagia ketika diminta maju ke depan dan menerima hadiah televisi dari anggota Komisi IX DPR RI Dra. Hj. Wenny Haryanto, SH saat kegiatan Sosialisasi Program Bersama Mitra Kerja BKKBN Tahun 2022 terkait Program Percepatan Penurunan Stunting di Kawasan Depok, Sabtu (24/9/2022).
Tak hanya penyandang disabilitas, peserta lain yang hadir pun mendapat kesempatan mendapat hadiah doorprize dan DP umroh dengan menjawab kuis seputar materi stunting dalam kegiatan sosialisasi ini.
Dalam materi sosialisasi tersebut, Wenny memaparkan penyakit stunting yang menyerang anak di bawah 1.000 hari harus benar-benar diperhatikan. Pasalnya, stunting dapat mengancam bonus demografi pada Tahun 2045.
“Bonus Demografi Indonesia Emas tahun 2045, adalah kondisi ketika 70% dari penduduk Indonesia dengan rentang usia 15 – 64 tahun dalam kondisi produktif (mampu berkarya dengan maksimal-red). Nah, bonus demografi itu akan gagal atau terancam gagal, apabila stunting tidak dikendalikan, artinya edukasinya kurang,” papar Wenny.
Atas dasar itu, lanjut Wenny, Presiden RI Joko Widodo telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 72 tahun 2021 yang memerintahkan BKKBN menekan angka stunting.
“Targetnya pada Tahun 2024 yakni di angka 14 persen. Sedangkan, angka stunting di Indonesia saat ini masih 24,4 persen,” ujar anggota legislatif Dapil Jabar VI Kota Depok dan Kota Bekasi ini.
Wenny pun menjelaskan, di Kota Depok angka stunting hanya 12,3 persen. Hal itu menunjukkan bahwa Kota Depok selangkah lebih maju dari target Indonesia pada Tahun 2024. Mirisnya, 70 persen anak penderita stunting di Kota Depok berasal dari masyarakat kalangan ekonomi ke atas.
“Nah hebatnya Depok itu sudah 12,3 persen, terendah se Jawa Barat. Sekarang sudah diatas target 14 persen, jadi nanti Tahun 2024 lebih keren lagi, bisa saja zero stunting,” ujar Wenny.
Menurut politikus perempuan dari Partai Golkar ini, BKKBN dalam menjalankan tugas dari Presiden tidak bisa sendiri. Sehingga, ia menyarankan, agar lembaga kesehatan itu dapat bekerjasama dengan masyarakat, dalam upaya melakukan langkah pencegahan.
“Misalnya, ibu hamil harus minum obat penambah darah, ibu hamil harus punya nutrisi bagus yaitu 4 sehat 5 sempurna. Kemudian, ketika bayi lahir harus lakukan imunisasi dasar yang lengkap setiap bulan, lalu berikan ASI ekslusif selama enam bulan, menerapkan prilaku hidup bersih harus ada MCK, ketika ibu hamil jangan suaminya merokok dekat ibu tersebut,” jelasnya
Wenny menambahkan, ciri-ciri anak terkena stunting dapat dilihat dari pertumbuhan gigi terlambat, kemampuan fokus berkurang, pertumbuhan tubuh melambat, wajah lebih muda, pubertas terlambat, pada usia 8-10 tahun akan menjadi lebih pendiam, hingga menghindari kontak mata dengan orang sekitar.
“Nah stunting sendiri itu kondisi gagal tumbuh karena kekurangan gizi kronis pada seribu hari pertama pertumbuhan anak dan itu menyebabkan anak gagal pertumbuhan tubuh dan otaknya. Nah itu yang harus kita atasi,” pungkas Wenny.
Turut hadir dalam Sosialisasi tersebut, Direktur Bina Kualitas Pelayanan KB Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat Martin Suanta, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat Wahidin, Kanit Intel Polsek Pancoran Mas Depok Iptu Yono.
(po/SINDE)