DEPOK, SINDE – Anggota Komisi IX DPR RI, Dra. Wenny Haryanto, SH menjadi nara sumber kegiatan Sosialisasi Program Bersama Mitra Kerja Tahun 2022 terkait Program Percepatan Penurunan Stunting di Kawasan Depok, Sabtu (17/09/2022).
Dalam paparannya, Wenny mengungkapkan penyakit stunting yang menyerang anak di bawah 1.000 hari harus benar-benar diperhatikan. Pasalnya, stunting dapat mengancam bonus demografi pada Tahun 2045.
“Bonus Demografi Indonesia Emas tahun 2045, adalah kondisi ketika 70% dari penduduk Indonesia dengan rentang usia 15 – 64 tahun dalam kondisi produktif (mampu berkarya dengan maksimal-red). Nah, bonus demografi itu akan gagal atau terancam gagal, apabila stunting tidak dikendalikan, artinya edukasinya kurang,” papar Wenny.
Atas dasar itu, lanjut Wenny, Presiden RI Joko Widodo telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 72 tahun 2021 yang memerintahkan BKKBN menekan angka stunting.
“Targetnya pada Tahun 2024 yakni di angka 14 persen. Sedangkan, angka stunting di Indonesia saat ini masih 24,4 persen,” ujar anggota legislatif Dapil Jabar VI Kota Depok dan Kota Bekasi ini.
Wenny pun menjelaskan, di Kota Depok angka stunting hanya 12,3 persen. Hal itu menunjukkan bahwa Kota Depok selangkah lebih maju dari target Indonesia pada Tahun 2024. Mirisnya, 70 persen anak penderita stunting di Kota Depok berasal dari masyarakat ekonomi ke atas (masyarakat mampu-red).
“Nah hebatnya Depok itu sudah 12,3 persen, terendah se Jawa Barat. Sekarang sudah diatas target 14 persen, jadi nanti Tahun 2024 lebih keren lagi, bisa saja zero stunting,” ujar Wenny.
Menurut politikus perempuan dari Partai Golkar ini, BKKBN dalam menjalankan tugas dari Presiden tidak bisa sendiri. Sehingga, ia menyarankan, agar lembaga kesehatan itu dapat bekerjasama dengan masyarakat, dalam upaya melakukan langkah pencegahan.
“Misalnya, ibu hamil harus minum obat penambah darah, ibu hamil harus punya nutrisi bagus yaitu 4 sehat 5 sempurna. Kemudian, ketika bayi lahir harus lakukan imunisasi dasar yang lengkap setiap bulan, lalu berikan ASI ekslusif selama enam bulan, menerapkan prilaku hidup bersih harus ada MCK, ketika ibu hamil jangan suaminya merokok dekat ibu tersebut,” jelasnya
Wenny menambahkan, ciri-ciri anak terkena stunting dapat dilihat dari pertumbuhan gigi terlambat, kemampuan fokus berkurang, pertumbuhan tubuh melambat, wajah lebih muda, pubertas terlambat, pada usia 8-10 tahun akan menjadi lebih pendiam, hingga menghindari kontak mata dengan orang sekitar.
“Nah, stunting sendiri itu kondisi gagal tumbuh karena kekurangan gizi kronis pada seribu hari pertama pertumbuhan anak dan itu menyebabkan anak gagal pertumbuhan tubuh dan otaknya. Nah itu yang harus kita atasi,” pungkas Wenny.
Sosialisasi yang dilakukan Wenny pun mendapat apresiasi dari Direktur Bina Kualitas Pelayanan KB Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Martin Suanta, Koordinator Bidang Pelatihan dan Pengembangan, Angela Sri Melani Winyarti, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Depok, Nessy Annisa Handari yang juga turut hadir sebagai nara sumber.
“Angka stunting di Depok dan Bekasi jauh dari target nasional. Ini keberhasilan bersama yang patut diapresiasi, lagi-lagi saya mengapresiasi Bu Wenny yang begitu gigih dalam menyosialisasikan pencegahan stunting,” tutur Direktur Bina Kualitas Pelayanan KB BKKBN Pusat, Martin Suanta.
Ungkapan senada pun dilontarkan Kepala BP3AP2KB Kota Depok, Nessy Handari. Ia pun menjelaskan bahwa penanganan dan pencegahan stunting menjadi prioritas di Kota Depok.
“Kami berharap angka stunting bisa nol, kita berupaya bersama melakukan penanganan dini. Terima kasih Ibu Wenny, semangat BKKBN dan BU Wenny ini menambah motivasi kami untuk menanggulangi stunting di Kota Depok,” pungkas Nessy.
Adapun, kegiatan sosialisasi yang biasanya membosankan dan tidak terhindar dari kantuk. Namun, pada kesempatan tersebut, peserta begitu antusias, bagaimana tidak antusias, Wenny Haryanto pun membuat kuis untuk lima orang yang bisa menjawab seputar materi stunting.
Peserta yang lebih dulu mengangkat tangan bisa menjawab dan membawa catatan, praktis kelima orang tersebut berhasil menjawab dan membawa hadiah DP Umrah.
Suasana semakin ramai, ketika kupon doorprize disebutkan satu per satu, mulai dari setrika, magic com, kompor gas, televisi hingga sepeda yang telah berpindah tangan ke peserta yang hadir dalam kegiatan sosialisasi tersebut.
(Bambang Banguntopo/cky/SINDE)